Minggu, 15 September 2013

Batik Priangan -1



Batik Priangan adalah istilah yang digunakan untuk memberikan sebuah identitas pada berbagai ragam jenis batikan yang dihasilkan dan berlangsung di daerah Priangan yang penduduknya berbahasa dan berbudaya Sunda. Propinsi Jawa Barat adalah tempat tinggal sebagaian besar masyarakat Sunda yang disebut Tatar Sunda atau Pasundan (Rosidi, dalam Soegiarty, 2004, h.30) yang menjadi pusat dan wilayah kebudayaan Sunda. Di wilayah ini terdapat suku Sunda yang merupakan salah satu etnik yang memiliki karakteristik budaya khas Priangan.
Dilihat dari aspek geografisnya letak administrasi wilayah,batik Priangan termasuk dalam batik pesisir dan juga mendapat pengaruh dari daerah - daerah Sunda lainnya (Tity Soegiarty, 2008, h.2). Secara umum dapat terlihat dari penataan warna dan motif ragam hiasnya. Batik Priangan adalah tradisi seni kerajinan batik yang tumbuh di berbagai daerah pedalaman Jawa Barat dan Banten, mulai dari Cianjur, Sukabumi, Bandung, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis.
Batik Priangan umumnya tidak mengenal apa yang disebut motif larangan karena motif dibuat semata-mata untuk kebutuhan sandang sehari-hari, yang dikenakan sebagai sinjang(kain panjang), yang tidak terkait dengan ajaran agama atau kepercayaan tertentu dan meskipun masyarakat Sunda mengenal golongan menak(bangsawan) dan non bangsawan, tetapi dalam pandangan hidup mereka setiap orang memiliki derajat yang sama sehingga tidak diperlukan pembedaan melalui jenis motif.

I. Asal Kata Priangan
Kultur alam Priangan adalah daratan tinggi berbukit-bukit landai dan terkadang juga tajam dengan lembah yang curam. Udaranya sejuk segar, pada zaman dahulu bangsa Belanda memanfaatkan keadaan alam Priangan menjadi suatu daerah perkebunan teh dan karet, hingga saat kini kita dapat menjumpai sisa-sisa perkebunan yang membalut sebagian perbukitan alam Priangan.Parahyangan atau Priangan, dalam bahasa Belanda "Preanger"mencakup
daerah Sunda di Jawa Barat diantaranya Cianjur, Sukabumi, Bandung, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis. Nama Priangan sendiri bermaknakan "warga kahyangan" atau "tempat para dewa" yang berasal dari kata "parahyangan". Dengan demikian kata priangan tersebut mengandung makna simbolis yakni tempat tinggal para dewa, menunjukkan keindahan dan kemolekan alam Tatar Sunda yang subur dan makmur. Nama ini lahir, berkembang, dan mengalami berbagai reposisi makna sebagai apresiasi budaya dalam menghargai keindahan fisik maupun non-fisik dari lingkungan alam dan masyarakat sunda tentunya (Ken Atik,dkk,2010,h.5)

I.1.Ragam Hias Batik Priangan
Ragam hias pada batik Priangan umumnya bersifat naturalistis dan banyak mengambil inspirasi penciptaan motif dari aneka peristiwa. Konsep penggambaran komposisi motif ragam hias pada batik Priangan melambangkan keseimbangan antara kedudukan Sang Pencipta, alam, dan manusia. Konsep tersebut lebih bersifat simbolik dan mengandung makna filosofis yang mendalam. Banyak pengaruh dan persilangan budaya dari sekitar daerah Priangan yang melatarbelakangi bentuk dan warna pada ragam hias batik Priangan. Ragam hias pada batik ini
digolongkan menjadi beberapa kelompok, berikut adalah contoh beberapa penerapan ragam hias pada batik Priangan diantaranyyaitu:
a.Geometris:Mempunyai unsur-unsur garis dan bangun bentuk seperti pada motif Rereng,motif Parang, motif Lancah, motif Angkin
b.Nongeometris:Mempunyai pola dengan susunan yang tidak terukur seperti pada motif Sekar Jagad, motif Akar, motif Alam Pangandaran, motif Awi Ngarambat, motif Bangau Raya, motif Tanduk Menjangan
c. Aneka Peristiwa:Mempunyai unsur aneka peristiwa seperti pada motif Garut Pajajaran, motif Nusantara
d. Flora dan Fauna:Mempunyai unsur pelengkap seperti flora dan fauna seperti pada motif Kembang Wera, motif Lepaan, motif Merak Ngibing, motif Mojang Priangan, motif Papangkah Cendrawasih, motif Terang Bulan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar