II.Motif Batik Merak Ngibing
Merak Ngibing atau yang disebut juga dengan “The Dancing Peacock” merupakan
motif kain ciri khas batik Priangan yang terindah yang berasal dari beberapa
daerah di wilayah Priangan.Adanya pengaruh Hindu dan pengaruh dari daerah
Indramayu dapat ditemukan pada motif ini. Motif kain batik ini menggambarkan
dua ekor burung merak yang indah sedang berhadap-hadapan sembari mengembangkan
bulu ekornya yang berwarna-warni seperti sedang menari. Tingkat kesulitan dalam
motif Merak Ngibing menjadi salah satu faktor penghambat dalam proses
pembuatan, yang menyebabkan tradisi membatik motif batik Merak Ngibing bisa
dikatakan menuju ambang kepunahan. Secara umum fungsi pakai pada motif batik
Merak Ngibing biasanya untuk perayaan acara kebudayaan, acara formal, upacara
adat (pernikahan).Konsep penggambaran komposisi ragam hias pada batik Merak
Ngibing melambangkan keelokan akan bentang ulama tataran bumi Priangan. Konsep
tersebut lebih bersifat simbolik dan mengandung makna filosofis yang mendalam
pada batik tersebut. Perlambangan fauna merak dengan keindahan warna-warni yang dimiliki oleh hewan tersebut tergambarkan dalam motif batik Merak
Ngibing.
II.1Makna Filosofis Motif Batik Merak Ngibing
Merak Ngibing atau yang disebut juga dengan “The Dancing Peacock”merupakan
motif kain ciri khas batik Priangan yang terindah. Motif pada kain batik Merak
Ngibing menggambarkan dua ekor burung merak yang indah sedang berhadap-hadapan
sembari mengembangkan bulu ekornya yang berwarna-warni seperti sedang menari.
Burung merak itu sendiri merupakan hewan unggas yang hidup di hutan yang
memiliki bentuk dan warna yang sangatindah. Keindahan itu terpancar dari ekor
burung merakjantanyang sangat eksotik dan elok akan warnanya.Dalam agama Hindu,
burung merak dipandang sebagaiwahana dewa perang yakni dewa "Skanda"
atau "Kartikeya". Makna filosofis lainnya dari burung merak yakni
sebagai lambang dari dunia atas, yang melambangkan kesucian dan kebahagiaan.
Seperti ulasan akan makna Priangan, yang berarti "warga kahyangan"
atau "tempat para dewa" yang berasal dari kata
"parahyangan".Merak melambangkan keindahan alam priangan yg hijau dgn
aneka flora dan faunanya.Ngibing melambangkan adat dan budaya masyarakat
priangan yg rukun, damai dan juga kegembiraan.
Motif ini menggambarkanadat budaya dan alam priangan baik alamnya maupun
masyarakatnya. Penggambaran motif burung merak pada batik Merak Ngibing ialah
sebagai representasi dan perlambangan akan ke elokan bumi Priangan. Hal
tersebut ingin disampaikan oleh pembatik yang membuatnya dengan tujuan agar
manusia dapat menjaga keindahan alam yang dimiliki oleh bumi Priangan.Serta
merta menjaga keseimbangan antara kedudukan Sang Pencipta, alam, danmanusia.
II.2Merak Ngibing Garut
Garut ialah salah satu daerah Priangan yang letaknya sekitar 40 km dari
kota
Bandung dan berada di daerah dengan ketinggian 700 -750 meter di atas
permukaan air laut menjadikan Garut sebagai daerah berlembah dan beriklim
sejuk. Berdasarkan topologi, Garutterbagi menjadi dua wilayah pemerintahanGarut
Utara yang terdiri atas dataran tinggi dengan persawahan yang luas. Garut Selatan yang
terdiri dari dataran miring dan dialiri sungai
pada zaman kolonial Belanda “Swiss Van Java”, Garut memiliki kerajinan
tangan
-sungai yang mengalir menuju Samudera Hindia.Keuntungan akan posisi
geografis Garut yang sangat strategis sebagai daerah pemasok berbagai kebutuhan
pemerintah kota Bandung dan penduduknya. Garut tidak hanya terkenal karena
pemandangan yang elok saja, tetapi juga terkenal karena hasil alam, pertanian,
dan peternakan serta juga berbagai macam panganan yang dihasilkan seperti dodol Garut. Selain terkenal akan julukan yang
diberikanyang terkenal seperti; Batik Tulis Garutan, kerajinan kulit, kerajinan
bambu, dan
kerajinan batu permata serta masih banyak lagi yang belum
tereksplorasi.Dalam perkembangan dan penyebaran Batik Tulis Garutan, terjadi
proses saling mempengaruhi di antara batik tersebut dengan berbagai daerah
disekitarnya, yang hasilnya terlihat dalam penggambaran motif yang mengandung
makna simbolik, yang merupakan deskripsi dari berbagai bentuk yang berasal dari alam, flora, fauna, maupun aneka peristiwa.Adanya pengaruh Hindu dan pengaruh
dari daerah Indramayu dapat ditemukan pada motif batik Merak Ngibing Garut.
Motif kain batik ini menggambarkan dua ekor burung merak yang indah sedang berhadap-hadapan
sembari mengembangkan bulu ekornya yang berwarna-warni seperti sedang menari.
Konseppenggambaran komposisi ragam hias pada batik Merak Ngibing melambang
kan keelokan akan bentang ulama tataran bumi Priangan (Garut). Konsep
tersebut lebih bersifat simbolik dan mengandung makna filosofis yang mendalam
pada motif batik tersebut. Perlambangan fauna merak dengan keindahan
warna-warni yang dimiliki oleh hewan tersebut tergambarkan dalam motif batik
Merak Ngibing.Penggunaan warna pada motif batik Merak Ngibing tampil dengan
warna khas daerah Garut yakni gumading, dengan komposisi yang cerah, segar, dan
dinamis. Fungsi pakai pada motif batik Merak Ngibing biasanya untuk perayaan acara kebudayaan, acara formal, upacara adat (pernikahan). Ciri yang
membedakan motif batik Merak Ngibing Garut dengan motif sejenis dari daerah
lainnya terletak pada penggunaan warna,
isen-isen, dan juga papangkah bunga yang dibuat khusus pengrajin batik
tulis Garutan dengan tujuan agar tidak mudah ditiru oleh daerah lainnya.
Papangkah bunga merupakan variasi isen-isen yang terletak di pinggiran kain yang bermotifkan bunga teratai.
II.3 Merak Ngibing Tasikmalaya
Kota Tasikmalaya merupakan daerah Priangan lainnya yang tidak kalah
indah. Sang Mutiara dari Priangan Timur sebutan lain bagi kota ini
berbatasan dengan Kabupaten Ciamis di sebelah utara, di sebelah selatan berbatasan
dengan Samudera Indonesia, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Garut, serta sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis. Berdasarkan
topologi, Tasikmalaya terletak di jalur perlintasan niaga antara Jawa Barat dan
Jawa Tengah. Tidak heran hampir 70% perekonomian kota Tasikmalaya bahkan 40%
total atau sepertiga lebih dari pusat perekonomian Jawa Barat ditopang dari
hasil niaga yang dilakukan masyarakatnya. Secara etimologis Tasikmalaya berasal
dari kata Tasik dan Laya yang dalam bahasa Sunda berarti keusik ngalayah, atau
pasir terhampar dimana-mana (Didit Pradito, 2010, h.40).Asumsi masyarakat akan
Kota Tasikmalaya menjulukannya sebagai “Kota Seribu Pesantren” karena banyaknya
pesantren berdiri disana khususnya di era sebelum 1980-an. Tasikmalaya tidak
hanya terkenal karena perniagaannya saja, tetapi juga terkenal karena daerah
wisatanya serta juga berbagai macam kuliner ciri khas daerah seperti Tutug
Oncom. Tasikmalaya juga memiliki kerajinan tangan yang terkenal seperti
Batik.Sentra batik di Tasikmalaya tersebar di Desa Sukapura (Kec. Sukaraja), Kec. Indihiang, Kec.
Cipedes. Batik Tasikmalaya banyak mendapat pengaruh dari batik Keraton (Jawa
Tengah), hal tersebut karena adanya adapt
asi budaya dari daerah pengrajin batik tersebut seperti kota Purwokerto dan
Banyumas. Selain itu, batik Cirebon juga mempengaruhi dalam perkembangan batik
di kota Tasikmalaya.Secara kasat mata motif batik Merak Ngibing Tasikmalaya
hampir sama dengan motif batik Merak Ngibing Garut. Karena pada perkembangan
batik tradisional Indonesia terjadinya adaptasi budaya dari daerah satu dengan
daerah lainnya. Hal tersebut dapat terlihat dari penggambaran motif dan
pewarnaan yang bisa dikatakan ada kesamaan.Akan tetapi motif batik Merak
Ngibing Tasik
malaya memiliki ciri yang khas yang mempertahankan kebudayaan daerahnya
sendiri yakni Tasikmalaya. Terlihat dari penggunaan warna dan juga ragam hias
isen-isen yang terkandung pada motif batik Merak Ngibing Tasikmalaya.Penggunaan
warna pada motif batik Merak Ngibing tampil dengan warna khas daerah
Tasikmalaya yakni merah tua atau coklat tua yangdikenal dengan istilah kopi
tutung, dengan komposisi yang cerah dan kontras. Fungsi pakai pada motif batik
Merak Ngibing biasanya untuk perayaan acara kebudayaan, acara formal, upacara
adat (pernikahan). Ciri yang membedakan motif batik Merak Ngibing Tasikmalaya
dengan motif sejenis dari daerah lainnya terletak pada penggunaan warna dan
isen-isen yang penuh pada setiap penghias motif nya
sumber http://elib.unikom.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar