Selasa, 10 September 2013

BATIK SEBAGAI TATA KRAMA



Dijawa pada waktu masa Keraton Jogjakarta dasn Keraton Surakarta batik mempunyai nilai yang sangat sakral karena untu motif tertentu hanya boleh dipakai oleh keluarga keraton saja ini terlihat melalui symbol-symbol dan tata cara pemakainannya yang hanya boleh dipkai oleh raja dan permaisuri saja. Apan\bila larangan ini dilanggar oleh anggota keraton tertentu akan mencelakakan diri sendiri dan keluarganya. Selain itu untuk motif-motif yang boleh dipakai oleh anggota keraton terutama sang raja mempunyai nilai falsafah yang sangat tinggi sebagau pengingat keluarga keraton terutama tentang kebiksanaan, kepemimpinan dan tingkah laku (tata karma).
Tetapi karena perkembangan waktu banyak pembatik-pembatik yang memodifikasi motif batik keraton agar motif-motif keraton bisa dipakai oleh rakyat biasa(bukan keluarga keraton) dan ini semua juga berkat para saudagar-saudagar batik yang memperkenalakn batik motif modifikasi.
Walaupun sekarang system kekuasaan keraton tidak seperti dahulu dan sekarang sudah banyak motif-motif batik yang berkembang dimasyarakat tetapi penghormatan batik sebagai tata karma tetap masih terjaga karena untuk motif batik pedalaman ( klasik ) masih tetap dipakai untuk acara-acara tertentu seperti Batik Slobokan dipakai untuk pemakaman, sido mukti untuk pernikahan.
Itulah nilai batik sebagai sebuah tata karma semaju apaun jaman namanya batik tetap akan menjadi tata karma dan buat yang memakainya akan lebih terlihat elegant.

Terima Kasih BATIKKU

Sumber : Batikku Pengabdian Cinta Tak Berkata, Ani Bambang Yudhoyono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar